Perjuangan Nunung Pedagang Kantin PNJ yang Tak Kenal Lelah

Oleh: Nariza Riskantia Haya - Berita Mendalam


Depok, 12 September 2024, BERAKSI MEDIA - Kebutuhan ekonomi seseorang memang berbeda-beda, melihat perkembangan zaman bukan lagi hal yang asing ditelinga sebagai bentuk tingginya ekonomi yang dibutuhkan. Nunung, salah satu dari sekian pedagang Kantin Politeknik Negeri Jakarta menjadi bukti bahwa kebutuhan ekonomi yang terus melesat dan sulit untuk terpenuhi.

Sebagai pedagang kantin yang menjual makanan, Nunung selalu berharap masakannya dapat membuat mahasiswa puas dan kenyang. Tidak hanya itu, ia pun berharap semua kerja kerasnya dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Rice Bowl, Crunchy Wings, Nasi Uduk, Nasi Rames dan Cilok adalah makanan yang ia dijual dengan harga ramah dikantong mahasiswa. Sudah dua tahun Nunung berjualan, tidak ada kata bosan menyajikan makanan untuk mahasiswa. Diantara ketiga menu, Nunung mengatakan ada dua menu favorit dari mahasiswa yaitu Rice Bowl dan Crunchy Wings.

“Dua-duanya, Rice Bowl sama Crunchy Wings favorit alhamdulillah,” ujar Nunung.

Hampir semua makanan yang ia jual menggunakan jenis saus dan sambal yang beragam, seperti Teriyaki, Barbeque, Black Pepper Korean, Cheese, Salted Egg, dan Sambal Matah. Nunung mengungkap dari sekian sambal dan saus menjadi favorit mahasiswa seperti Sambal Matah dan Black Pepper Korean. 

“Hampir semua favorit, paling ada Sambal Matah sama (Blackpepper) Korean, hampir semua sih mereka pada suka,” ujar Nunung.

Nunung mengaku dirinya selalu menggunakan bahan baku yang berkualitas dan masih segar, sehingga banyak mahasiswa yang membeli makanan yang ia buat. Jika ada makanan yang tersisa, Nunung akan dibawa pulang untuk diberi ke saudara.

“Kita pakai kualitas yang bagus kayak ayam yang fresh, saus kita juga bukan yang abal-abal,” ujar Nunung.

Bersaing dengan waktu dan kehangatan kantin

Tantangan Nunung bukan hanya bersaing dengan rekan kantin, tapi juga dengan waktu yang mendekati libur kuliah. Mahasiswa sudah jarang datang ke kampus dan memilih untuk berlibur menunggu waktu masuk kembali, saat-saat ini menjadi tantangan terbesar bagi Nunung.

“Kalo sepi kita ya haduh, tapi kalo mahasiswa masuk semua alhamdulillah,” ujar Nunung.

Nunung tidak hanya berjualan sendiri, bersama adiknya Nunung tidak pernah merasa kesepian. Menjadi ibu kantin tidak pernah ada rasa bosan atau rasa menyesal, Nunung berhasil menemukan teman dan saudara baru di kantin tempat ia berjualan. Pedagang lain yang baik dan ramah adalah teman barunya, seperti kantin sampingnya yang menjual minuman segar, terlihat asyik bergurau dengan Nunung saat sedang ditemui.

“Senang banyak teman, saudara baru, teman baru, di sini orangnya asyik-asyik,” ujar Nunung.

Warkuy adalah nama tenant yang digunakan, ia berharap mahasiswa bisa gampang mengingat dan terus datang ke stand kantin miliknya. Selain itu, cara Nunung berinteraksi dengan mahasiswa ia ungkap harus sopan dan gunakan sedikit gurauan.

“Kita harus sopan, kita harus ajak ngobrol, kita candain saja, jadi mahasiswa suka,” ujar Nunung.

Bangun pagi demi mahasiswa

Untuk mempersiapkan kantin buka, Nunung harus bangun di pagi hari dan bergegas mempersiapkan bahan-bahan yang akan dibawa. Sekitar pukul setengah enam pagi, Nunung bersama adiknya berangkat menuju kantin bawah PNJ. Adapun alasan dari Nunung berangkat di pagi hari, ia merasa kasihan dengan mahasiswa yang belum sarapan sebelum berangkat ke kampus. Hal ini akhirnya membuatnya memutuskan untuk membuka tenant Warkuy dipukul enam pagi agar mahasiswa bisa sarapan.

“Karena banyak mahasiswa yang pada (belum) sarapan, jadi kasian, alhamdulillah bisa sarapan,” ujar Nunung.

Dibalik usaha “Warkuy”

Dibalik kegiatan Nunung saat ini, ia hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa yang pernah bekerja menjadi staff percetakan selama 13 tahun. Selama pandemi, Nunung tidak memiliki pendapatan dan hanya bermodal pensiunan suaminya. Saat masa pandemi, suami Nunung pernah mengikuti kursus cara pembuatan ayam rice bowl dan cara membuat saus.

“Suami aku dulu pernah ikut kursus cara pembuatan ayam rice bowl terus sama cara membuat saus, dia kursus waktu pandemi,” ujar Nunung.

Semua yang sudah dipelajari akhirnya ia coba dengan mendaftar berdagang di kantin PNJ. Setelah test food dan proposal, Nunung berhasil menjual makanannya di kantin bawah PNJ sampai saat ini.


Comments

Popular posts from this blog

Puncak Bogor Macet Total, One Way Jadi Solusi

Pantai Marunda, Wisata atau Sampah?

Oprec PKKP di PNJ: Perubahan Cepat, Kontroversi Maskot, dan Dinamika Kepanitiaan